Ada apa dengan nada suaramu sore ini? Kau terdengar sangat sendu. Belum pernah aku mendengar suaramu begitu lirih ditelepon. Adakah yang mengganggumu kakak?
Satu, dua, tiga, berkali-kali aku tanyakan kabarmu tetap saja kau kukuh menjawab kalau kau baik-baik saja. Kau seolah tidak tahu bahwa aku mengenalmu tidak hanya sampai diujung perempatan saja. Tidakkah kau tahu, bahkan caramu melangkah saja dari belakang aku sudah khatam. Dan masih saja kau berkata kau baik-baik saja dengan suaramu itu?
Adakah cerita yang kau sembunyikan kakak? Kusuruh kau bercerita, tapi kau tetap saja mengatakan kau baik-baik saja dan tidak ada yang perlu kau ceritakan. Tidakkah kau tahu, saat kau berkata seperti itu wajahku merah padam karena malu dan marah. Iya, bagaimana aku tidak malu kepadamu? Bahkan meski ditusuk duri dari batang bunga aku pasti bercerita kepadamu. Dan marah karena seperti aku yang selalu bercerita kepadamu karena aku begitu percaya kepadamu, tapi kamu? ah sudahlah.
Lamat-lamat kau menghempaskan nafas kasar, sepertinya memang ada yang kau pikirkan dan kurasa itu berat. Bukan aku namanya kalau tidak bisa memaksa. dan bukan kamu namanya kalau tidak luluh dengan paksaanku.
Sedikit-sedikit suarakulah yang menjadi lirih. Genggaman tanganku mengendor memegang telepon. Tapi, kuyakin kau tidak tahu itu. karena kau buta membaca pikiran dan tindakan sedang aku pandai bersandiwara. Kau bercerita tentang wanita yang kau sukai dulu kini kembali berada didepanmu. Bukan! Bukan itu yang membuatku lemas. Kamu bilang, kamu masih sangat mencintainya. Belum bisa melupakannya, dan sangat berharap kembali bersamanya, namun kau malu mengungkapkannya. Ah kakak, kau benar-benar tidak peka. Tidak bisakah kau melihat aku sebagai wanita? Masihkah kau melihatku sebagai anak kecil yang selalu meminta es krim kepadamu? Selama ini?
Suaramu mulai membaik, semangatmu pulih kembali. Namun kau (masih) tidak tau bukan, dibalik gagang telepon itu aku terisak dalam diam. Seperti batu karang yang dihepas ombak yang sedikit-sedikit mengikis. Mau bilang apa lagi? Mendengarmu mencintai wanita lain sudah begitu merobek hatiku. belum lagi mengetahui bahwa dimatamu aku bukanlah wanita, aku hanya seorang gadis kecil yang suka kau belikan es krim vanilla, gadis kecil yang tidak dapat kau tolak kemauannya, gadis kecil yang sering kau cubit hidungnya karena gemes. Ah kakak, sudahlah~
0 komentar:
Posting Komentar