Pages

Rabu, 29 Oktober 2014

kita dan pelangi?


kukiranya bulan malam ini akan membawa kita ke peristirahatan indah
nyatanya gelap. terlalu kelam.

angin kencang memang dapat membantu pohon memperlihatkan kekokohannya.
tapi bukankah angin yang kencang juga dapat merobohkan pohon?
lalu, masihkah kita akan terus bermain dengan angin?

kita sepakat untuk menjadi anyaman bambu yang saling terkait membuat sulaman cantik
tapi bukankah bambu itu dapat mengiris jemari jika terlalu gegabah?
lalu, perlukah kita hanya diam dengan kucuran darah irisan bambu itu?
ataukah kita bersihkan, lalu menutup luka itu?

aku hanya terlalu sering bermimpi tentang pelangi.
indah dengan masing-masing warnanya,
juga menawan dengan perbedaan warna keseluruhan
aku hanya terlalu sering bermimpi tentang kita.
tentang kita yang jauh berbeda namun bisa menebar keindahan



Selasa, 28 Oktober 2014


mau jadi apa kita dengan segala ego yang terlalu tinggi ini?
tidak dapatkah sedetik saja melepaskannya?

rindu kemarin masih tersimpan apik di celenganku.
lalu kenapa sekarang kau harus memaksaku untuk membentuk banyak rindu lagi?

bukankah dulu (dulu sekali) tangan kita terus bergandengan walau telah dipaksa untuk melepasnya?
lalu apakah genggamanmu kini sebegitu kakunya sehingga tidak dapat ku genggam lagi?

aku tidak lelah. aku tidak lelah
aku siap menanti. aku siap menunggu

menanti saat genggamanmu erat lagi padaku
menunggu saat rindu itu terpecah lalu kita akan tertawa

berjalan kemudian berlari tanpa beban
berteriak seolah dunia hanya milik kita
iya kita. kita saja

lupakan mimpiku!
cukup ketahui saja, aku rindu!

Kamis, 23 Oktober 2014

aku (yang berharap) kenal


kita akhirnya kalah oleh waktu
oleh cinta dan percaya yang ternyata semu
memangnya semua untuk apa? untuk hasrat yang terlalu menggebu?
melupakan tulus hati yang berbudi agar menolak bertemu?

kita ternyata kalah oleh waktu
padahal mimpiku dapat menyaingi waktu
berjalan bergandengan seperti awal dulu
berdorongan lalu melindungi seperti dulu

kita memang belum kenal
siapa aku? kamu tak kenal
meski aku kira mengenalmu, tapi kita (ternyata)  tak saling kenal
meski aku berharap mengenalmu,  namun akhirnya aku tidak kenal

Rabu, 22 Oktober 2014

terima kasih banyak


Sebut saja Ilham, laki-laki yang membantuku untuk bisa menjadi sedewasa ini (terima kasih banyak)
panggil saja Udin, laki-laki yang membuatku menjadi setegar ini (terima kasih banyak)
nama dia Ima, perempuan yang mengajarkanku untuk ikhlas (terima kasih banyak)
dan dia Yanti, perempuan yang menopangku menjadi perempuan yang tangguh (terima kasih banyak)

tanpa ku sadari mereka yang menjadikanku seperti ini,
perempuan yang dewasa, tegar, mudah mengikhlaskan, dan tangguh.
tanpa mereka, mana bisa saya sekokoh sekarang?
tanpa mereka, saya masih akan seperti bunga layu di pinggir jalan itu.
terima kasih banyak

ahh, kemarin saya mungkin masih ingusan jika mereka tidak ada
atau masih bersepeda saja disaat orang sudah bermobil mewah

berjalan bertahap satu satu langkah,
mereka adalah guru kehidupanku
lalu mengapa harus ada dendam jika mereka memberi banyak hal?

saya banyak berterima kasih kepada mereka.
kepada Ilham, Udin, Ima, juga Yanti.
terima kasih banyak



Senin, 20 Oktober 2014

ini suratku, kakak!



  • "Kita berteman akrab dan saya tidak ingin itu berubah"

    Buka kembali laptopmu, buka folder dengan gambar tangan yang saling menggenggam itu dan baca project 20 yang kau kirimkan untukku! ada kutipan favoritku disana. iya, kalimat yang diatas. Lalu,  hanya sampai sedangkal ini pertemanan akrab kita? Atau taraf "teman akrab" yang kau maksud memang seperti ini?

    Kupikirnya kamu adalah orang yang gigih. katamu kamu tidak ingin "berubah". Lantas sekarang? ahh, saya memang terlalu bodoh karena selalu percaya kata-katamu kakak.

    Untuk kebanyak kalinya aku harus mengulang kegiatan seperti ini, bertanya dan lalu membujukmu yang tetiba "berubah" tanpa ku tau alasannya. Ku kira kita sudah sepaham bahwa jika salah satu diantara kita ada masalah yah KOMUNIKASIKAN.

    Kakak, menurutku aku memang harus mengirimimu surat ini, karena berbicara langsung hanya membuang waktu saja, kau terlalu terlihat menghindar. Kakak, kau tau rasanya bicara dengan orang yang kau anggap dekat denganmu, sahabat karibmu, kakak gila tesolid, kawan yang bisa jadi ayah, adik, bahkan terkadang seperti laki2 terdekat tapi tidak meresponmu sama sekali? Semoga kau tidak pernah merasakannya, sakit kak!

    Perubahanmu terlalu drastis kakak. Atau silahkan mendrastiskan perubahanmu, tapi jangan sampai orang diluar saya atau kamu yang menyadari perubahanmu itu. Tidak bisakah meskipun ada perubahan rasa yang kau rasakan tapi tetap saja kita menjadi teman yang gila? Tidak bisakah yg berubah itu cuma hati, tidak usah ikut sikap?

    Kau dewasa kakak, meski tidak kau sadari namun aku menyadarinya. Semoga masalah ini menjadi jembatanmu untuk semakin dewasa saja, maka izinkan aku melihat kakakku, temanku yang paling gila dan paling dekat ini dewasa ^^

Minggu, 19 Oktober 2014

itu kamu!

kau tanya tentang rindu
aku hanya diam

kau tanya sekali lagi tentang rindu
aku tetap bungkam

lalu kembali kau tanya tentang rindu
maka aku jawab, itu kamu!



Rabu, 15 Oktober 2014

karena kau temanku

hey kawan!
magrib tadi aku menggeledah kamarku, juga hatiku sepertinya.
aku selalu suka dengan kegiatan menggeledah, karena aku selalu menemukan barang usang yang dulu niatanku ingin mengoleksinya tapi selalu terlupakan.

magrib tadi aku temukan surat merah jambu yang kau berikan di sela-sela kado ulang tahunku
sudah ada bagian yang tersobek disana, kasihan sekali.

ada banyak bagian yang lucu
sedikit-sedikit aku tersenyum lalu karena tidak tahan, aku tertawa lepas.
tapi kemudian, aku mulai menitikkan air mata. ada sakit di ulu hati. sakit sekali.

disana, disurat merah jambumu..
kau tulis kalau kita berteman sangat akrab
lalu mengapa kita mesti harus saling melawan?

disana, disurat merah jambumu..
kau tulis kalau kau tidak ingin mengusik pertemanan
lalu mengapa harus ada pergi kalau masih ada tinggal?

bukankah lebih baik kita terus berbagi daripada saling meracuni?
bukankah lebih baik kita saling bergandengan daripada terus bertendangan?

ingat rumah impian kita?
aku ingin berkunjung di tempatmu, lalu ku jamu kau di tempatku

ingat pekerjaan harapan kita?
aku ingin bercerita keluh juga kesah kepadamu seperti dulu tentang rekan kerjaku, lalu kau akan kupaksa mengiyakannya

ingatlah semua!
karena kau temanku.

Jumat, 10 Oktober 2014

aku rindu, itu saja




Aku benci dengan jarak yang selalu saja setia berada diantara kita
Aku benci dengan waktu yang putarannya terlalu lambat untuk mempertemukan kita
Aku benci semua hal yang menjauhkanku denganmu

Selepas subuh, kulepas mukenaku
bosan aku selalu berdiri didepan pintu menunggumu datang, tapi mau dikata apa?
Aku ingin melihatmu pertama kali, mendahului siapapun yang mungkin juga menunggumu
Ku ambil segelas air hangat dari termos air panas lalu ku tuangkan dicangkir keramikku
Jenuh aku selalu minum cairan ini setiap matahari mulai terbit, tapi mau dikata apa?
Aku harus selalu terlihat segar ketika kau melihatku

Untuk sepersekian sekon aku merasa menjadi gila
Untuk selaksa detik aku rasa aku mulai meninggalkan titik waras
Kapan aku bisa mendapat  ucapan terima kasihmu karena menantimu terlampau sering?
Bukan! Bukan aku berada dalam penantian yang tidak ikhlas.
Aku rindu, itu saja.

Celengan rinduku tidak muat lagi
Sudah mendesak berdesakan untuk keluar
Kapan aku bisa mendapat senyuman bangga darimu karena tangguh menantimu?
bukan! bukan aku selalu ingin dipuji.
aku rindu, itu saja.

Selasa, 07 Oktober 2014

untuk cinta yang tidak perlu kau tanyakan


jangan tanyakan aku kenapa mencintaimu dengan cara ini!
karena meski kau paksa aku menjawabnya, aku tidak akan menjawabnya

hanya mencintaimu dengan sederhana? aku tidak sanggup!
hanya mencintaimu dengan biasa? aku tidak mampu!

matamu itu, selalu membuat rindu
hidungmu itu, tidak pernah hilang dari ingatan
dan bibirmu itu, selalu mengundang senyumku
lalu bagaimana aku mencintaimu ala kadarnya?

sayangku, aku terlampau jauh mencintaimu
dengan teh manis pagi harimu
sayangku, aku terlalu dalam merindukan setiap siluet bayanganmu
dikala bersujud diatas sajadah

cukupkan aku dengan mengagumimu secara berlebihan
dan biarkan aku mendambamu secara bertumpah

Senin, 06 Oktober 2014

karena aku hanya gadis kecilmu

Ada apa dengan nada suaramu sore ini? Kau terdengar sangat sendu. Belum pernah aku mendengar suaramu begitu lirih ditelepon. Adakah yang mengganggumu kakak?

Satu, dua, tiga, berkali-kali aku tanyakan kabarmu tetap saja kau kukuh menjawab kalau kau baik-baik saja. Kau seolah tidak tahu bahwa aku mengenalmu tidak hanya sampai diujung perempatan saja. Tidakkah kau tahu, bahkan caramu melangkah saja dari belakang aku sudah khatam. Dan masih saja kau berkata kau baik-baik saja dengan suaramu itu?

Adakah cerita yang kau sembunyikan kakak? Kusuruh kau bercerita, tapi kau tetap saja mengatakan kau baik-baik saja dan tidak ada yang perlu kau ceritakan. Tidakkah kau tahu, saat kau berkata seperti itu wajahku merah padam karena malu dan marah. Iya, bagaimana aku tidak malu kepadamu? Bahkan meski ditusuk duri dari batang bunga aku pasti bercerita kepadamu. Dan marah karena seperti aku yang selalu bercerita kepadamu karena aku begitu percaya kepadamu, tapi kamu? ah sudahlah.

Lamat-lamat kau menghempaskan nafas kasar, sepertinya memang ada yang kau pikirkan dan kurasa itu berat. Bukan aku namanya kalau tidak bisa memaksa. dan bukan kamu namanya kalau tidak luluh dengan paksaanku. 

Sedikit-sedikit suarakulah yang menjadi lirih. Genggaman tanganku mengendor memegang telepon. Tapi, kuyakin kau tidak tahu itu. karena kau buta membaca pikiran dan tindakan sedang aku pandai bersandiwara. Kau bercerita tentang wanita yang kau sukai dulu kini kembali berada didepanmu. Bukan! Bukan itu yang membuatku lemas. Kamu bilang, kamu masih sangat mencintainya. Belum bisa melupakannya, dan sangat berharap kembali bersamanya, namun kau malu mengungkapkannya. Ah kakak, kau benar-benar tidak peka. Tidak bisakah kau melihat aku sebagai wanita? Masihkah kau melihatku sebagai anak kecil yang selalu meminta es krim kepadamu? Selama ini?

Suaramu mulai membaik, semangatmu pulih kembali. Namun kau (masih) tidak tau bukan, dibalik gagang telepon itu aku terisak dalam diam. Seperti batu karang yang dihepas ombak yang sedikit-sedikit mengikis. Mau bilang apa lagi? Mendengarmu mencintai wanita lain sudah begitu merobek hatiku. belum lagi mengetahui bahwa dimatamu aku bukanlah wanita, aku hanya seorang  gadis kecil yang suka kau belikan es krim vanilla, gadis kecil yang tidak dapat kau tolak kemauannya, gadis kecil yang sering kau cubit hidungnya karena gemes. Ah kakak, sudahlah~

Minggu, 05 Oktober 2014

cinta, rindu, kasih

cemburulah pecinta, karena cemburumu mengundang cinta
kerutkan dahimu perindu, karena lipatan dahimu menarik rindu
manyunkan bibirmu terkasih, karena gaya itu selalu membeli kasih

mencintalah dengan sederhana, karena itu yang membuat candu
merindulah dengan rahasia, karena itu yang membuat lirih
mengasihilah dengan lembut, karena itu yang membuat sendu

rasa ini, simpanlah cinta
raga ini, rindukanlah sayang
jiwa ini, jagalah kasih

Kamis, 02 Oktober 2014

mau tanya apa?

Selamat datang Oktober
mau tanya apa?
tentang rindu yang masih menggantung kemarin?
dia masih awet di langit-langit kamar

selamat datang Oktober
mau tanya apa?
tentang cinta yang masih terbungkus apik di pandora?
dia masih aman di laci samping ranjang

selamat datang Oktober
mau tanya apa?
tentang rasa yang masih berserakan di teras depan?
dia masih betah bermain dengan angin

lalu kemana September?
punya kisah apa lagi dia esok?
rindukah? atau cinta? atau mungkin rasa?
saya tidak sabar menunggunya, September ^^