Dan ia terus menangis tersedu, nafasnya saling berkejaran
tidak berhenti, suaranya mulai serak, dan aku terus menghiburnya. Butuh waktu
tiga jam untuknya menghentikan air mata yang terus berontak untuk keluar. Cukup
rasanya untuk membuatkan waduk dari air matanya. Ia terlalu sakit. Tidak tahu
kemana mengabarkannya. Hingga ia pendam dan rahasiakan untuk otak dan hatinya
saja. Bahkan bibir, mata, dan seluruh sendinya kian terkejut mengetahui sakit
yang ia rahasiakan hingga lemas tak berdaya saja yang mereka bisa tampakkan.
Bibir yang tak berhenti bergetar hingga menjadi kering, mata yag terus saja
sembab menjadi bengkak, dan sendi yang tidak mampu lagi menopang bahkan untuk
sehelai bulu.
Hingga waduk air matanya telah penuh tak berongga lagi,
bibirnya mulai menyunggingkan senyum, matanya kembali putih jernih, dan ia
mulai berdiri tegak. Sakit yang ia rahasiakan sedikit-sedikit berkurang, telah
ringan setelah membaginya kepada bibir,
mata, dan sendi . meski aku tidak mendengar cerita apapun tentang sakitnya, ingin
ku ucapkan seribu ungkapan terima kasih kepada bibir, mata, dan sendinya yang
telah berbagi sakit dengannya hingga ia kini mulai bercerita lepas lagi tentang
kisah klasik masa kecilnya yang tiada terputus.
Ia masih sesenggukan saat menceritakan masa kecilnya yang
sering mengisap cairan dari bunga asoka lalu merangkainya menjadi sebuah
kalung, gelang, dan juga cincin. Namun senyuman kecil-kecil dari bibirnya,
binar bahagia dari matanya, dan gerakan hiperaktifnya membuatku yakin ia telah
membaik. Lalu ku biarkan ia juga bercerita tentang pohon yang dulu sering ia
panjat, bakso yang sering ia pesan, geng masa kecilnya, hingga kisah menunggu
durian jatuh dikampung ayahnya. Bahagia sekali melihat ekspresi yang beragam
dari wajahnya. Tidak ada bibir bergetar lagi, derai air mata, juga sendi yang
lunglai. Hanya ada wajah manis penuh semangat bercerita kepada kekasihnya yang
rela “dipaksa “mendengar cerita ringannya.
Dan untuk sakit yang selalu kau rahasiakan, bagikanlah! Jika
tidak bisa kepadaku, cobalah kepada kekasihmu, atau biarkan bibir, mata, dan
sendimu yang tahu. Kumohon jangan memendamnya. Bukan! Kumohon jangan sakit
lagi! Jangan biarkan wajah manis itu berubah pasi lagi.
1 komentar:
Dan untuk sakit yang selalu kau rahasiakan, bagikanlah!
Posting Komentar