6 November 2014
“happy anniversary ayah ibu”
Seperempat abad. Bukankah itu waktu
yang tidak singkat ayah?
25 tahun. Kalau itu jati, pastinya
dia sudah sangat kokoh yah ibu?
Aku selalu saja cemburu dengan
pasangan yang cintanya tidak kenal waktu. Seperti kalian ^_^ bahkan meski badai yang
mengahantam, jati kalian masih saja kuat bertahan. Aku yakin, itu bukan hanya
karena cinta yang kalian bangun. Tapi, karena kami anak-anakmu yang selalu saja
bandel (tapi ketahuilah sangat menyayangi kalian) dan karena Tuhan Allah yang
kasihnya selalu menyelimuti kita semua. Kelak, aku ingin menjadi seperti
kalian. Akan ku perkenalkan suamiku kepada ayah dan ibuku yang begitu tangguh
mempertahankan cintanya ditengah banyak saja masalah yang mengahadang mereka.
Bukan sekali dua kali saja aku mendengar cek-cok kecil kalian, tapi aku selalu
saja yakin bahwa cek-cok itu malah menjadi pupuk cinta kalian hingga ke-25
tahunnya pernikahan kalian. Juga akan ku ceritakan kepada anak-anakku kelak
tentang cinta sejati yang bukan hanya ada didongeng yang ayahnya biasa
ceritakan saja, tapi juga ada dikehidupan nyata dan didepan mata mereka. Iya,
kakek dan nenek mereka. Ayah ibu, terima kasih untuk segala cinta, kasih, juga
sayang yang telah kalian berikan kepada kami. Untuk ilmu akhirat dan ilmu dunia
yang selalu kau suntikkan kepada kami terima kasih tak terhingga. Aku selalu bersyukur kepada Allah
dititipkan didunia ini dengan kalian sebagai ayah dan ibuku.
“Rabbana
Aatinaa Fiddunya Hasanatan wafilakhirati hasanah waqinaa adzabannar”
“happy
birthday anak bungsu”
Hey bungsu! Kau mulai dewasa
rupanya. Berapa umurmu sekarang? 18 tahun? Ahh, kau bukan bocah ingusan lagi.
Padahal masih saja kurasa kemarin kau berlarian dengan ingusmu yang meler
kemana-mana, dengan wajah yang belang sana-sini, dengan kaki yang jarang sekali
memakai sandal sampai-sampai kau sering saja ditegur ibu. Ingatkah kau kita
pernah bermain model-modelan? Saat itu aku mendandanimu seperti wanita dewasa.
Aku memakaikanmu rok miniku dan baju dalam seketek lalu ku pakaiakan kau
lipstick dan bedak yang tebal. Aihh, Kurasa kau sudah lupa. Waktu sepertinya
tidak berjalan, ia berlari. Kencang sekali. Aku masih ingat saat ibu
mengajarkanmu memakai sarung saat kau baru saja dinyatakan lulus masuk
pesantren terkemuka di kabupaten seberang, juga ingat saat kau mengeluh
sandalmu satu persatu hilang saat mondok di pesantren, lalu kau menjadi ketua
organisasi tertinggi disana, kemudian lulus di universitas pilihan, dan disini
kau sekarang! Selamat untuk pertambahan umurmu adikku. Adik nakal yang tidak
pernah sekalipun aku tidak sayangi meski sering kali kau menendangku, bahkan
mencakarku dan membuat bekas luka diwajahku waktu masih kecil. Tidak perlu kau
minta doaku, aku telah mengirimnya jauh-jauh hari kepada Tuhan. Yang
terpenting, aku selalu meminta yang terbaik untukmu ^_^
“happy pass graduate anak sulung”
Akhirnya empat tahun lebih selesai
juga! Detik-detik penambahan titlemu bisa dihitung jari. Selamat kakakku!
Sarjana pertama ditataran cucu nenek, kau pasti sangat bangga. Dan kami yang
ada dibelakangmu akan selalu dibandingkan denganmu (tak masalah kok). Banyak
sekali waktu aku selalu belajar karena cemburu denganmu. Kau bisa baik di
akademik dan hebat di organisasi. Aku selalu saja bangga memperkenalkanmu
dengan teman-temanku, ketua himpunan dengan jenis kelamin perempuan. Disini,
hanya ada siapa pemimpin himpunan dan UKM perempuan? Jarang sekali. Dan aku
bangga punya kau. Disini, meski yang punya IPK banyak sepertimu, tapi hanya ada
berapa saja organisatoris yang bisa selesai dengan IPK sepertimu? Jarang
sekali. Terima kasih telah menjadi kakakku. Terima kasih telah menjadi contoh
yang sangat baik untuk kami adik-adikmu. Terima kasih untuk prestasimu yang
juga terciprat kepadaku. Doakan aku cepat menyusulmu ms. Khaeriyah Adri S.Km!
0 komentar:
Posting Komentar