Kemarin saya melihatmu dengan kaos merah yang kau gunakan sabtu lalu,
meski hanya dari ujung mata. Tidak terlalu jelas memang, tapi saya tahu itu
kamu. Cara jalanmu masih sama, cara berbalikmu juga tidak berubah, saya juga
mendengar kamu tertawa dan itu memang kamu.
Saya tidak berani menatapmu lebih lama, juga tidak sanggup mendengar percakapanmu lebih jauh.saya cukup disini saja. Melihatmu dari ujung mata.
Kamu laki-laki penikmat teh. Kemarin, saya jauh dari pojok kantin. Tapi saya merasa ada didepanmu. Memesan teh hangat dan gado-gado seperti yang kau makan bersama teman-temanmu. Tersenyum ketika kamu tersenyum. Cemberut jika kamu mendengus. Terbahak jika kamu melucu. Saya tidak berada didepanmu, cukup melihatmu dari ujung mata.
Kamu laki-laki yang suka Arsenal. Itu saya lihat dari gantungan telpon genggammu ketika kamu keluar dari kantin untuk mengangkat telepon dan meninggalkan teman-temanmu. Sepertinya kamu benci hujan.karena ketika kemarinn gerimis turun, wajahmu berkerut. Saya senang kamu tidak suka hujan. Karena saya juga! Tapi diluar kebahagiaan itu, saya senang ada satu kesamaan kita.
Kamu tahu? Ketika wajahmu kesal begitu, ada dua lipatan di dahimu. Ketika kamu tertawa, juga ada empat lipatan di sekitar matamu. Dua dikanan, dua dikiri.saya tahu bukan? Meski saya hanya melihatmu dari ujung mataku. Karena saya mengenalmu sebanyak saya mencintaimu. Saya mencintaimu sebanyak saya mengenalmu. Kamu yang sampai hari ini tidak kutahu namanya.
Saya tidak berani menatapmu lebih lama, juga tidak sanggup mendengar percakapanmu lebih jauh.saya cukup disini saja. Melihatmu dari ujung mata.
Kamu laki-laki penikmat teh. Kemarin, saya jauh dari pojok kantin. Tapi saya merasa ada didepanmu. Memesan teh hangat dan gado-gado seperti yang kau makan bersama teman-temanmu. Tersenyum ketika kamu tersenyum. Cemberut jika kamu mendengus. Terbahak jika kamu melucu. Saya tidak berada didepanmu, cukup melihatmu dari ujung mata.
Kamu laki-laki yang suka Arsenal. Itu saya lihat dari gantungan telpon genggammu ketika kamu keluar dari kantin untuk mengangkat telepon dan meninggalkan teman-temanmu. Sepertinya kamu benci hujan.karena ketika kemarinn gerimis turun, wajahmu berkerut. Saya senang kamu tidak suka hujan. Karena saya juga! Tapi diluar kebahagiaan itu, saya senang ada satu kesamaan kita.
Kamu tahu? Ketika wajahmu kesal begitu, ada dua lipatan di dahimu. Ketika kamu tertawa, juga ada empat lipatan di sekitar matamu. Dua dikanan, dua dikiri.saya tahu bukan? Meski saya hanya melihatmu dari ujung mataku. Karena saya mengenalmu sebanyak saya mencintaimu. Saya mencintaimu sebanyak saya mengenalmu. Kamu yang sampai hari ini tidak kutahu namanya.
0 komentar:
Posting Komentar